Lengser Tahta Suharto Tahun 1998

Dari berbagai tekanan yang dilakukan mahasiswa, sejumlah pejabat, dan pastinya juga Washington, Presiden Suharto akhirnya lengser pada Mei 1998. Euphoria gerakan reformasi meledak. Habibie jadi presiden, diganti Abdurrahman Wahid, lalu Megawati, dan kemudian Susilo Bambang Yudhoyono.

“Gerakan reformasi sudah berusia puluhan tahun lebih, namun di lapangan, praktik-praktik peninggalan rezim Suharto, yaitu KKN ternyata bukan berkurang namun malah tambah marak dan inovatif dengan berbagai dalih dan hujjah.”

Malah sejumlah tokoh yang mengaku reformis, dari yang sekuler sampai yang katanya fundamentalis, kini nyata-nyata mendekati Cendana kembali yang memang masih memiliki kekayaan materil yang luar biasa.

“Mereka beramai-ramai mengangkat Suharto sebagai orang yang patut diteladani dan bahkan dikatakan sebagai Guru Bangsa. Panglima besar KKN malah dijadikan Guru Bangsa. Ini merupakan sesuatu yang “amat hebat dan sungguh fantastis”.

Hal ini membuktikan kepada kita semua, betapa gerakan reformasi tenyata telah gagal total. Para Suhartois masih kuat bercokol di negeri ini. Hari-hari menjelang Pemilu 2009 lalu kita bisa melihat dengan mudah siapa saja orang-orang Indonesia, baik itu yang sekular maupun yang mengklaim sebagai reformis, yang sesungguhnya Suhartois. Mereka membuka topengnya lewat iklan, lewat manuver politik, dan sebagainya.


Koruptor satupun tak ada yang ditangkap, masuk bui tanpa adanya pengadilan bahkan salah pun tidak, penyiksaan dan pembunuhan terus berlangsung, secara total jutaan rakyat tewas. Tidak adanya keadilan adalah suatu yang NYATA. Namun kecanggihan merubah pola pikir atau cuci otak di zaman Suharto ini memang INTI dari semua managemen yang telah dilakukannya.

Saat itu, memang Indonesia jadi memiliki suatu faham pemerintahan yang “aneh”. Disatu sisi Indonesia berhalauan demokrasi dan berteman dengan kapitalis barat yang mengeruk kekayaan alam Indonesia dengan leluasa asalkan si pengeruk mau memberi “upeti” kepada penguasa.

Namun disisi lainnya, faham yang digunakan mirip sekali dengan sosialis dalam hal hak dan informasi kepada rakyat, mirip Korea Utara yang rakyatnya hingga detik disaat anda membaca artikel ini, mereka masih tetap tak tahu informasi apa-apa, iya, tak tahu dunia luar. Mirip era Suharto.


Suharto resigns
Kita lihat saja nanti, sebuah inkubator dan contoh kecil yaitu Korea Utara yang rakyatnya masih tetap merasa senang dan nyaman oleh rezim penguasa, hingga suatu saat rezim tersebut tergantikan dengan pemimpin yang demokratis, maka akan rusak mentalnya dan akan menganggap masa seperti disaat ini adalah saat yang paing enak, buta informasi. Maka disaat inilah rakyat Korea Utara sedang dicuci otaknya (brainwashed) selama puluhan tahun! sekali lagi, paling tidak 50% mirip era Orde Baru rezim Suharto pada masa lalu, buta informasi dunia!

Namun para Suhartois menganggap zaman Suharto adalah zaman “enak”. Mengapa? Karena kebodohan, karena ketidak-mengertian, pada masa itu para koruptor sedang diatas angin untuk mengeruk dan menumpuk kekayaan dan rakyat pun dibuatnya terlena nyaman dan tak tahu bagaimana sebenarnya perkembangan dunia secara global diluar sana. Karena semua media disaring, semua berita disaring, bahkan hanya ada satu televisi hingga tahun 90-an dan itupun milik pemerintah.

Begitu pula berita melalui radio pun disaring dan setelah semua berita tersaring, maka WAJIB di “relay” ke semua stasiun radio seantero Indonesia. Terpusat, tersentral dari Jakarta. Lagi pula, semua berita selalu, selalu dan selalu baik. Tanpa cacat pemerintahan, sempurna. Rakyat pun hidup terlena.

Bagaimana dengan koran dan majalah serta media informasi lainnya? Jawabannya hanya satu: bernasib sama. Tiada yang berani mengeritik pemerintah walau seujung jari, apalagi untuk mengungkapkan suatu protes atau ketidak-sukaan. Bagaimana dengan hak untuk berdemonstrasi dan mengungkapkan pendapat? Tak perlu dijawab!

Satu-satunya TV lainnya, selain TVRI adalah TVRI Programa-2, sama juga milik TVRI, tapi Pro-2 menyiarkan berita kota secara lokal dan kadang disisipi dengan penyiar dengan bahasa Inggris.


Memulai Keterbukaan Informasi Media Tentang Dunia, Adalah Awal Berakhirnya Rezim Orde Baru

Akhirnya pada masa tahun 90-an informasi mulai terbuka dengan diawali anak-anaknya mulai melirik bisnis TV swasta. Setelah salah satu anaknya ingin membuat TV swasta karena dianggap sangat menguntungkan dan sangat menggiurkan serta menjanjikan secara ekonomis, namun Suharto tetap melarangnya karena takut rakyatnya tahu dunia luar dan akan membandingkannya dengan keadaan Indonesia.

Maka untuk menghindari hal itu, dibuatlah TV yang berawal untuk dunia pendidikan saja yaitu Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Stasiun ini sama dengan TVRI, dari perangkatnya, alat siarnya, studionya, menaranya, hampir semuanya, tapi programnya berbeda karena untuk pendidikan anak-anak dan kaum muda.

TPI pertama kali mengudara pada 1 Januari 1991 selama 2 jam dari jam 19.00-21.00 WIB. TPI diresmikan Presiden Soeharto pada 23 Januari 1991 di Studio 12 TVRI Senayan, Jakarta Pusat.


Pada awal pendiriannya tahun 1991 TPI hanya ingin menyiarkan siaran edukatif saja. Saat itu TPI hanya mengudara 4 jam. Salah satunya dengan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyiarkan materi pelajaran pendidikan menengah.

Sejak itu TPI mengudara 4 jam, lalu sejak 1 Juni 1991 menjadi 6,5 jam. Lalu menjelang akhir 1991 sudah 8 jam.

Pada tahap awal pendiriannya, TPI berbagi saluran dengan televisi milik pemerintah, TVRI. Perlahan-lahan mereka mengurangi misi edukatif, dengan juga menyiarkan acara-acara lain, termasuk kuis-kuis dan sinetron sebagai selingan.

Walau isi awalnya hanya untuk kaum pelajar dan mahasiswa, namun iklan terus mengalir karena masyarakat mulai membandingkan, jenuh dan bosan mulai mewarnai stasiun TVRI, yang beritanya itu-itu saja.

TPI berpisah saluran dengan TVRI di pertengahan 90-an. Kini, program edukasi tersebut sudah tergusur, dan TPI fokus di program acara musik dangdut, seolah acara lain yang disebut ‘makin Indonesia’ dalam motto barunya seakan tenggelam oleh hingar bingar acara dangdut di TPI. Bahkan TPI sebagai kependekan dari Televisi Pendidikan Indonesiasudah tidak berlaku lagi.

Dalam website resmi TPI, disebutkan TPI adalah Televisi Paling Indonesia, sesuai dengan misi barunya, yakni menyiarkan acara-acara khas Indonesia seperti tayangan sinetron lokal dan musik dangdut.

Sejak 20 Oktober 2010, TPI resmi berganti nama menjadi MNCTV. Perubahan ini terjadi dikarenakan TPI tidak sesuai dengan konteks tertulis pada televisi tersebut yaitu menjadi salah satu televisi yang berbau pendidikan di Indonesia, dan oleh karena itu nama TPI berubah menjadi MNCTV untuk mengubah citra TPI di mata masyarakat.

Lalu televisi swasta kedua pun muncul setelah TPI, yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) kemudian diikuti dengan beberapa stasiun televisi lainnya seperti SCTV. Maka, informasipun mengalir dengan derasnya dan rakyat pun mulai membandingkan.

Dulu di era Orde Baru, berita lokal melalui TV dan radio selalu dimatikan oleh pemirsa dan pendengarnya, satu yang disukai hanyalah Dunia Dalam Berita dan itupun juga tak luput dari penyaringan berita.

Berbeda dengan sekarang yang beritanya jauh lebih realistis dan updated bahkan membuat pemirsanya “kecanduan”.

Artinya, suatu saat kedepannya nanti setelah Suharto dilengserkan dengan cara apapun, dikala Indonesia hancur lebur dan luluh lantak dalam krisis keuangan, krisis mental, dan krisis keamanan serta krisis keadilan, maka Suharto akan tetap disanjung. Inilah inti dari semuanya. Intinya. Inti. Dan nyatanya memang banyak warga Indonesia yang terbukti telah berubah pola pikirnya. (Y 070713).




*

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Tinggalkan Sedikit Pesan Saran dan Kesan

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔